• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Kamis, 04 Oktober 2018

Percobaan Budidaya Belatung bernilai tinggi di Desa Belandean Barito Kuala

Oktober 04, 2018 // by Muda Banua // 1 comment




Pada kesempatan kali ini kami diajak Pak Iwan (Sekretaris Desa) berkunjung ke tambak Ikannya yang berada tepat dibelakang rumah. Magot yang kerap disebut Pak Iwan adalah bahasa Jawa dari hewan Belatung. Budidaya ini adalah bentuk inovasi Pak Iwan dalam meneliti usaha masyarakat di desa Belandean yang sebelumnya adalah ayam ternak telah berhasil meraih keuntungan namun tidak dilanjutkan kembali karena kandang ayam yang hanya berjarak 15 meter dari rumah warga menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu aktivitas warga. Inovasi ini dibuat Pak Iwan karena memberikan peluang yang cukup besar, karena belatung dapat dijadikan menjadi pakan Ikan.
Siapa saja bakal jijik jika mendengar nama hewan yang satu ini. Belatung sering disebut sebagai hewan pemakan bangkai hewan, apalagi kita sering menjumpai hewan ini di berbagai FTV religi di TV Swasta. "Sering Meninggalkan Shalat, Mati di Gerogoti Belatung" inilah salah satu judul Sinetron yang tenar di tahun-tahun FTV Azab Kubur tahun 2010 silam. Belatung yang dibudidayakan bukan belatung yang memakan bangkai manusia tetapi belatung yang memakan bangkai buah-buahan dan sampai rumah tangga. Belatung ini tidak berbau busuk seperti belatung lain, meskipun saat proses perkembangbiakannya berbau. Bau tersebut berasal dari sampah atau buah yang sudah membusuk yang berada didalam wadah belatung.


Proses pengembangbiakannya cukup mudah, siapkan ember/baskom atau kaleng cat yang sudah tidak terpakai (Barang Bekas) lalu masukkan buah-buahan atau sayur-sayuran yang kondisinya sudah membusuk lalu campur dengan sampah rumah tangga. Masukkan bahan-bahan tersebut ke dalam wadah yang telah disiapkan tadi. Fungsi bahan-bahan tersebut untuk mengundang lalat liar yang berada di lingkungan rumah. Tutup renggang dengan penutup dari bahan kayu dengan gagang diatasnya. Fungsi menutup renggang agar lalat dapat bertelur didalam wadah tersebut. Lebih tepatnya di bagian atas penutup kayu.
Taruh wadah tersebut dibelakang rumah. Diamkan selama 2-3 hari, setelah hari ke-3 maka buka penutup kayu tersebut dan lihat apakah ada ratusan telur lalat yang bersarang. Jika ada maka proses pengundangan lalat berhasil. Langkah selanjutnya adalah menaruh ratusan telur lalat tersebut diwadah lain yang juga sudah dimasukkan bahan-bahan buah atau sayur busuk lalu kubur dengan pasir dan tambahkan kotoran sapi jika ada. Tunggu beberapa hari dan lihat apakah telur lalat berubah menjadi belatung. Jika sudah berubah maka magot atau belatung sudah dapat dipasarkan. Pada percobaan kemarin, kami langsung diajak untuk memberi makan ikan patin yang tepat berada bersebelahan dengan tempat pembuatan magot. Ikan patin terlihat sehat dan gemuk, pada saat pemberian makan magot ikan terlihat sangat antusias dan lahap memakan pakan tersebut. Rencana sekretaris desa jika usaha magot ini disetujui oleh pihak desa, maka akan dilanjutkan dan membuat banyak magot dari magot yang ada sekarang ini.

1 komentar:

  1. Semoga nantinya bisa dikembangkan lagi sebagai pakan ikan yg lebih berkualitas dibandingkan dengan yg dijual di pasaran

    BalasHapus