• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Sabtu, 31 Juli 2021

5 TIPS MENJADI PEER COUNSELOR YANG BAIK

Juli 31, 2021 // by Muda Banua // No comments


Selama dua minggu belakangan saya menerima empat permintaan dari organisasi ekskutif mahasiswa yang meminta pelatihan konselor sebaya. Di saat yang bersamaan saya juga mempersiapkan materi untuk pelatihan tersebut untuk organisasi yang sejenis lainnya. Alasan terbesar mereka adalah karena konselor sebaya sangat dibutuhkan dalam kondisi Pandemi Covid-19 ini karena meningkatnya stress yang dialami mahasiswa karena harus kuliah secara daring, terjebak dalam rumah, konflik-konflik lain bersama orang rumah dan sebagainya. Sehingga, mereka timbullah kebutuhan sebuah ruang untuk curhat tanpa di-judge ataupun dinilai oleh siapapun. Saya pribadi merasa terenyuh dengan cerita ini, dan apakah hadirnya “konselor sebaya” dapat menjawab kebutuhan mereka?

Photo by Unsplash

“Konselor Sebaya” coba sebelum lanjut, saya ingin bertanya apa yang sepintas kalian pikirkan, jika barangkali membaca atau mendengar istilah tersebut? Beberapa mungkin akan menjawab tempat curhat, teman yang memberikan solusi, teman-teman dari psikologi, dsb. Jika, berkaca pada pengalaman saya kemarin begitulah yang saya dengar. Hal itu tidak salah, namun apakah itu tepat? Mari, disimak istilah ini bersama-sama.

Konselor memiliki arti orang yang memberikan konseling. Konseling didefinisinikan sebagai pemberian atau penerangan suatu informasi kepada orang atau pihak lain dengan tujuan mengubah perilaku seseorang yang kurang tepat, membantu orang tersebut dalam memahami dirinya, mengambil keputusan dan menemukan solusi dari permasalahan yang ia hadapi. Lalu, sebaya sendiri memiliki makna seumuran, hampir seumuran, seangakatan, sejajar, sepantaran, seperti halnya dari arti dari teman sebaya yang artinya teman yang seumuran. Jadi, jika kita gabungkan bersama konselor sebaya adalah  Seseorang yang telah dilatih untuk mendengarkan, mendukung dan memberi pilihan solusi kepada teman sebayanya, namun hanya memberikan sedikit atau tanpa nasihat.”

Kegiatan konseling memang sangat dekat dengan psikologi, sebuah ilmu yang mempelajari perilaku, fungsi dan proses mental manusia. Sehingga, konseling sendiri merupakan keterampilan dengan kata lain mendengarkan curhat orang lain itu butuh keterampilan. Namun, bukan berarti tidak bisa ya, selama mau belajar dan dilatih dalam kehidupan sehari-hari maka kita bisa kok jadi teman curhat atau konselor sebaya yang baik.

Menjadi konselor yang baik  perlu memiliki kemampuan empati agar kita bisa memahami orang kita cerita tadi dengan baik tanpa terlibat di dalamnya. Lalu pertanyaan selanjutnya, bagaimana menjadi “Teman Curhat” yang baik? Disini, saya akan mengacu pada keterampilan dasar konseling terdapat lima keterampilan dasar konseling yang bisa teman-teman pelajari.

  • Observasi

Kegiatan observasi menjadi langkah awal yang penting dalam kegiatan konseling atau curhat tadi karena disini konselor sebaya untuk “Peka”. Peka terhadap kondisinya, peka terhadap tempat untuk curhat serta peka terhadap kebutuhan dasar teman kita. Contohnya, jika teman kita yang mau curhat ini sedang menangis maka kita tenangkan terlebih dahulu, diajak ke tempat yang lebih tenang, diberikan minum.

  • Mendengarkan Aktif

Mendengarkan aktif adalah kita mendengarkan dan memahami apa yang orang lain sampaikan. Eits, mungkin kegiatan ini terdengar mudah dilakukan ya tapi tidak teman-teman kegiatan ini membutuhkan fokus. Bagaimana memperlihatkan bahwa kita “mendengar” curhatan teman kita? Teman-teman, gesture pada tubuh dan muka kita dapat berbicara maka perlihatkanlah seperti tatap mata teman kita, condongkan badan kearah mereka dan salah satu yang terpenting tidak sambil mengerjakan hal-hal lain seperti bermain gawai, laptop dsb. Selain itu, bisa juga melalui memberikan jawaban kecil, dan mengatakan ulang apa yang diceritakan oleh teman kita tadi serta menyimpulkan apa yang ia sampaikan. Hal ini bertujuan agar teman yang curhat ke kita tau kalau kita memahami apa yang hendak ia sampaikan.

  • Memberikan Umpan Balik (feedback)

Memberikan feedback juga bisa sebagai bentuk respon bahwa kita mendengarkan teman kita. Memberikan pujian, afirmasi dan pemberian kata-kata semangat dapat membuat teman kita merasa “diterima” sehingga dapat meningkatkan kenyamanan teman kita tadi terhadap konselor sebayanya. Sehingga, kita bisa membantu lebih dalam lagi. Selanjutnya, konselor sebaya dapat membantu untuk merangkai kembali apa masalahnya untuk mencari solusi terbaik dari permasalahanya.

  • Memberikan Tantangan

Tantangan disini bukan kita ngajak berantem ya, tetapi kita memberikan tantangan kepada teman kita tadi sebagai bagian dari solusi masalahnya. Contohnya, jika masalah yang teman kita hadapi adalah kesulitan mengerjakan tugas yang banyak di waktu yang bersamaan. Nah, maka kita dapat menantang teman kita untuk membuat jadwal atau membuat skala prioritas tugas

  • Penggunaan Humor

Sesi curhat atau konseling seringkali dianggap sesi yang berat. Untuk mengatasi hal ini maka dapat diringankan dengan humor. Bisa diselipkan humor ringan, lalu dengan saran-saran yang nyeleneh yang memicu kreativitas teman kita untuk menemukan solusi. Selama, humor tersebut tidak menghina atau menjatuhkan teman kita hingga orang lain, malah jadi gosip nantinya.

Photo by Unsplash

Siapapun bisa menjadi konselor untuk temannya sendiri selama ada kemauan. Maka dari itu, penting untuk diingatkan bahwa menjadi teman curhat yang kita harus mempersiapkan diri serta memastikan bahwa kita dalam keadaan “baik” dan “siap” untuk menolong orang lain. Hal ini menjadi penting agar kita dapat memberikan pelayanan dengan baik dan menghindari membuat kerusakan atau menyakiti teman kita. Jika, kembali ke pertanyaan awal “Apakah konselor sebaya bisa menjadi jawaban untuk kebutuhan sebagai ruang agar orang lain merasa tidak dinilai serta diterima? maka jawabannya adalah “Iya” karena menjadi konselor sebaya adalah menjadi orang yang terlatih mendengarkan curhat kita. Sekian dan selamat mencoba (@marshaprifirani)


0 komentar:

Posting Komentar